S. Bekti Istiyanto, S.Sos
Pendahuluan
Berbicara
tentang remaja selalu mendapat tanggapan yang beraneka ragam. Sayangnya,
sekarang ini kesan yang ada dalam benak masyarakat justru cenderung kebanyakan
negatif. Dimulai dari perkelahian antar pelajar, pornografi, kebut-kebutan,
tindakan kriminal seperti pencurian dan perampasan barang orang lain,
pengedaran dan pesta obat-obat terlarang, bahkan yang sekarang lagi heboh
adalah dampak pergaulan bebas yang semakin mengkhawatirkan.
Kemorosotan
moral para remaja ini tergambar dari beberapa data seperti laporan Klinik Catur
Warga Denpasar pada tahun 1996 menyebutkan 3000 pasangan KTD (Kehamilan Tidak
Diinginkan/Unwanted Pregnancy) yang
berkunjung ke klinik tersebut ternyata 60%-70% adalah pasangan remaja pranikah.
Dalam koran Surya 3 Juli 1995, petugas memergoki remaja berseragam sekolah
sedang antri di depan pintu para pelacur. Bahkan Pak AR. Fakhruddin pernah
menulis bahwa 60% remaja putri di Yogyakarta yang memasuki gerbang pernikahan,
ternyata sudah bukan gadis lagi (KR 20 Juni 1996). Belum lagi data terbaru
tentang bayi korban pengguguran orang tuanya yang disinyalir juga kebanyakan
dilakukan oleh para remaja kota-kota besar di Indonesia.
Apalagi sekarang terpaan media
informasi di abad millennium ini semakin merambah dengan cepat. Di daerah yang
tidak diduga sekalipun bahkan terpencil ada saja tempat untuk pemutaran
film-film porno. Rental VCD bertebaran di setiap tempat, belum lagi media cetak
yang demikian bebas mengumbar informasi sensual dan kemesuman. Penulis yakin
akhirnya ini akan merambat pula di kota semacam Purworejo ini, apalagi secara
geografis tidak terlalu jauh dengan kota seperti Yogya atau Solo.
Remaja Dan Faktor Dasar Pembentuk Kepribadian
Menurut
Hasan Basri remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang
penuh ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Masa remaja
ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah
terbayangkan dan dialami, dalam bidang fisik-biologis maupun psikis atau
kejiwaan. Menstruasi pertama bagi kaum wanita dan keluarnya sperma dalam mimpi
basah pertama kaum pria adalah merupakan tonggak pertama dalam kehidupan
manusia yang menunjukkan bahwa mereka sedang dalam perjalanan usia remaja yang
indah dan penuh dengan tanda tanya.
Dalam
pertumbuhan fisik-biologisnya, maka kemasakan hormon dalam tubuhnya sangat
mempengaruhi kemasakan seksual dengan timbulnya dorongan-dorongan seksual yang
semakin hidup dan bergelora. Minat terhadap jenis kelamin lain mulai berkembang
dalam arti khusus, sedang pengenalan terhadap diri sendiri ternyata masih
sangat kurang. Perkembangan kejiwaan yang tidak mendapat penjelasan sebagaimana
mestinya akan selalu merupakan pertanyaan yang mengganggu dan sangat mengusik
ketenangan hidup kaum remaja.
Sementara
masyarakat yang telah berkembang demikian pesat baik dalam perubahan materi
maupun pergeseran nilai-nilai kehidupan pun terkena dampaknya, tidak saja
kepada orang tua tapi juga kaum remaja. Jika perhatian dan waktu orang tua
terhadap anak disita oleh keunggulan materi maka pemenuhan tanggung jawab
terhadap anak-anaknya menjadi terbengkalai. Secara sederhana ada beberapa
faktor penyebab pembentuk kepribadian remaja, yaitu :
1.
Faktor
lingkungan orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dekat, teman sekolah
dan juga pendidik di sekolah.
2.
Faktor
kelabilan jiwa remaja yang cenderung mengalami perubahan sehingga remaja
mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan dan mengarahkan berbagai dorongan
kejiwaan pada dirinya.
3.
Terakhir
adalah faktor eksternal yang sekarang serba boleh/permisif, seperti berubahnya
nilai-nilai dalam masyarakat, tayangan dan informasi yang tidak mendidik, gaya
hidup hedonisme/materialisme.
Bagaimana Islam Mengarahkan Pergaulan Remaja
Bila
kita berbicara tentang pemuda (remaja termasuk), maka Al Qur’an telah menyebut
banyak kisahnya. Ada pemuda Yusuf a.s., pemuda Al Kahfi, pemuda Sulaiman dan
banyak kisah lain yang cemerlang. Atau dalam sirah maka kita bisa temukan
banyak pemuda yang menjadi sahabat Rasul, seperti Mus’ab bin Umair, Usamah bin
Zaid atau Hasan-Husein bin Ali dari Ahlul Bait. Di kalangan pemudi kita bisa
lihat Aisyah dan Fatimah dari Keluarga Rasul atau Khaulah yang menunjukkan sisi
kepahlawanannya dengan ikut berjuang di jalan Allah, dan banyak lagi lainnya.
Artinya, Islam menganggap pemuda (selanjutnya pemudi masuk ke dalamnya)
merupakan aset potensial yang ikut menentukan arah masa depan. Bila pemuda
dalam suatu masyarakat tergolong baik, maka dapat dipastikan masyarakat tersebut
baik, demikian pula sebaliknya.
Tugas
berat yang disandang pemuda dapat kita rumuskan sebagai berikut :
1.
Sebagai
penyambung generasi kaum beriman (QS.52:21, 25:74)
2.
Sebagai
pengganti orang-orang yang beriman yang telah terjadi degradasi iman (QS.5:54)
3.
Sebagai reformer spiritual terhadap kaum yang
telah menyimpang dari agama (QS.5:104)
4.
Sebagai
unsur perbaikan (QS.18:13-14)
Hanya
sayangnya, kebanyakan pemuda tidak memahami tugas berat ini karena lemahnya
pemahaman terhadap Islam yang syamil
dam mutakamil. Suatu hal yang ironis,
dikarenakan banyak tugas berat yang tidak mereka sadari karena ketidak pahaman
atas makna dasar kehidupan ini. Seperti dari mana mereka berasal, untuk apa
diciptakan dan akan bagaimana mereka hidup. Jarang jawaban yang dapat kita ambil
dari mereka saat ditanya siapa idolanya, yang menjawab tokoh-tokoh panutan
umat. Tapi justru tokoh glamour yang cenderung hedonisme (keduniaan) seperti
artis, atlit -lah yang kebanyakan mereka agung-agungkan dan dijadikan teladan
hidup.
Satu
masalah yang perlu mendapat perhatian serius adalah bebasnya hubungan antar
jenis diantara pemuda yang nantinya menjadi tonggak pembaharuan. Islam sangat
memperhatikan masalah ini dan banyak memberikan rambu-rambu untuk bisa
berhati-hati dalam melewati masa muda. Suatu masa yang akan ditanya Allah di
hari kiamat diantara empat masa kehidupan di dunia ini. Kita bisa memahami
hakikat pergaulan dalam Islam dengan
melihat Al Qur’an :
“Janganlah
kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan seburuk-buruknya
jalan”
(QS.17:32). Dan, kita bisa memahami rambu-rambu Ilahiah seperti berikut ini :
1. Rambu hati, didasarkan hadits
shahih Bukhari :
“Zina itu banyak cabangnya, yaitu zina hati, mata, dan telinga, dan alat
kelaminlah yang akan membuktikan apakah berzina atau tidak”.
2. Rambu mata, didasarkan pada
hadits shahih Bukhari “
“Apabila
seseorang memalingkan pandangannya pada wanita (lawan jenis;pen) yang bukan
muhrimnya karena takut kepada Allah, maka Allah akan membuat dia merasakan
manisnya iman”.
Dalam An-Nur/24:30-31
ada larangan untuk mengumbar pandangan, dan hadits lewat Imam Ali : Hai Ali, hanya dijadikan halal bagimu
pandangan yang pertama”(Bukhari).
3.
Rambu telinga, adanya larangan untuk mendengar perkataan-perkataan yang tidak
senonoh dan jorok.
4.
Rambu tangan, wujudnya dengan martubasi dan bersalaman atau menyentuh lawan
jenis yang bukan muhrimnya. Didasarkan pada hadits :
“Lebih
baik seseorang menggenggam bara api (babi, di lain riwayat) atau ditombak dari
duburnya hingga menembus kepala daripada menyentuh wanita yang bukan
muhrimnya.”
Rasullullah
selama hidupnya tidak pernah menyentuh wanita yang bukan muhrimnya, hanya
mengucapkan salam.
5.
Rambu kaki, larangan untuk melangkahkan kaki ke tempat-tempat maksiat atau
tempat dimana terjadi pembauran laki-laki wanita yang tidak dikehendaki dalam
Islam. Khusus wanita dilarang menghentakkan kaki dengan maksud memperlihatkan
perhiasan (An-Nur/24:31).
6.
Rambu suara, dasarnya surat Al-Ahzab/33:32 :
“Hai
isteri-isteri Nabi, tiadalah kamu seperti salah seorang dari
perempuan-perempuan itu jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu terlalu lembut
dalam berbicara sehingga tertariklah orang yang di hatinya ada penyakit
(keinginan), dan ucapkanlah perkataan yang baik.
Ayat
ini tentu tidak hanya ditujukan buat isteri Rasul semata. Untuk itu kita perlu
berhati-hati terhadap suara yang mendayu, mendesah, merayu seperti sering
dieksploitasi media massa.
7.
Rambu seluruh tubuh, dasarnya An-Nur/24:1, 31, Al-Ahzab/33:59).
“Hai
nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
perempuan-perempuan mukmin, ‘Hendaklah mereka itu memakai jilbab atas dirinya.’
Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenal, maka mereka tidak diganggu. Dan
Allah adalah Maha Pengampunlagi Maha Penyayang”.
Ayat
di atas mewajibkan kita untuk menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak
tangan, kecuali muhrimnya. Sementara untuk pria auratnya adalan antara pusar
dengan lutut.
Dalam
operasional pergaulan Islam ada aturan baku yang mesti mutlak untuk ditaati
a.l. :
1.
Wajib atas pria dan wanita untuk menundukkan pandangannya, kecuali empat hal :
1.
bertujuan meminang
2.
belajar-mengajar
3.
pengobatan
4.
proses pengadilan (At-Tarbiyah Al-Aulad Fil Islam, Abdullah Nashih Ulwan)
2.
Menutup aurat secara sempurna, tidak sekadar tutup tapi masih kelihatan lekuk
tubuh dan bentuknya.
3.
Larangan bepergian buat wanita tanpa muhrim sejauh perjalan sehari semalam
(pendapat lain, seukuran jamak sholat).
4.
Bagi yang sudah berkeluarga, seorang isteri dilarang pergi tanpa ijin suami.
5.
Larangan bertabarruj bagi wanita
(bersolek/berdandan untuk memperlihatkan perhiasan dan kecantikan kepada orang
lain) kecuali untuk suami.
6.
Larangan berkhalwat (berdua-dua
antara pria dan wanita di temapat sepi)
7.
Perintah untuk menjauhi tempat-tempat yang subhat, menjurus maksiat.
8.
Anjuran untuk menjauhi ikhtilat
antara kelompok pria dan kelompok wanita.
9.
Hubungan ta’awun (tolong menolong)
pria dan wanita dilakukan dalam bentuk umum, seperti mu’amalah.
10.
Anjuran segera menikah, bila tidak mampu suruhan berpuasa dilaksanakan.
11.
Anjuran bertawakkal, menyerahkan segala permasalahan pada Allah.
12.
Islam menyuruh pria dan wanita untuk bertakwa kepada Allah sebagai kendali
internal jiwa seseorang terhadap perbuatan dosa dan maksiat.
Penutup
Kita
memahami bahwa masa muda adalah masa yang sangat berat. Ditambah faktor
eksternal yang demikian kuat membelokkan tujuan utama beribadah mencapai ridha
Allah, maka dalam penyampaian kebenaran ini juga perlu mendapat perhatian yang
seksama. Kita tidak bisa saja dengan gampang memberi peringatan tanpa memahami uslub dan wasilah dakwah dan mengerti sejauh mana pemahaman yang dipahami
teman dan masyarakat kita. Terakhir dalam dakwah tentang pergaulan Islam, kita
dianjurkan untuk tidak ekslusif artinya justru bergaul hanya kepada orang yang
sepaham saja dan meninggalkan mereka yang awam terhadap Islam. Terpenting untuk
menyerahkan diri kepada Allah segala urusan dan memperkuat ibadah-ibadah yang
makin mengeratkan hubungan dengan Allah sehingga lebih bisa menjaga diri dari perbuatan yang mendekati zina, yang diharamkan Allah.
KepadaNya lah saja kita
bertawakkal.
Minimal
yang mesti kita siapkan untuk berdakwah tentang etika pergaulan Islam ini
adalah :
1. Menyamakan
persepsi dan kepahaman, bahwa ini merupakan masalah yang besar dan cukup
kompleks.
2.
Memahami fiqh dakwah dan syar’i secara cukup komprehensif.
3. Memahami bahwa
hidayah tidak bisa dipaksakan, tapi tetap kita mengupayakan sebab-sebab
terjadinya sunnatullah (turunnya hidayah).
4. Mempelajari
kaidah dakwah agar dalam proses
penyampaiannya tidak mengalami benturan yang
justru membuat kita tertolak seperti :
1. Qudwah sebelum
dakwah ; peringatan harus dimulai dari diri kita dulu.
2. Menjalin
keakraban sebelum pengajaran ; menumbuhkan kasih sayang, perhatian, dan kelembutan
dalam kata dan perilaku (suluk).
3. Mengenalkan
sebelum memberi tugas ; tingkat kepahaman masing-masing orang berbeda, perlu
pemahaman yang tepat.
4. Bertahap dalam
pemberian tugas.
5. Mempermudah
bukan mempersulit ; dalam menyampaikan jangan beri aturan yang rumit dan
terkesan menakutkan.
6. Ushul sebelum
furu’ : yang utama adalah mengajarkan tauhid sebelum yang lain.
7. Memberi kabar
gembira sebelum ancaman.
8. Memahamkan
dengan perbuatan dan kata, bukan mendikte/instruksi.
9. Mendidik bukan
menelanjangi ; bukan malah menyebarkan aib dan dosa orang lain.
10. Menjadi murid
orang yang paham bukan hanya baca buku.
Terakhir dalam dakwah tentang
pergaulan Islam, kita dianjurkan untuk tidak ekslusif artinya justru bergaul
hanya kepada orang yang sepaham saja dan meninggalkan mereka yang awam terhadap
Islam. Terpenting untuk menyerahkan diri kepada Allah segala urusan dan
memperkuat ibadah-ibadah yang makin mengeratkan hubungan dengan Allah sehingga
lebih bisa menjaga diri dari perbuatan
yang mendekati zina, yang diharamkan Allah.
KepadaNya
lah saja kita bertawakkal.